Nata De Soya
Jual Bakteri Nata (Acetobacter xylinum)
087731375234
Tahu
dan tempe adalah salah satu makanan favorit di Indonesia. Tahu dan tempe
memiliki nilai gizi yang tinggi dan cita rasa yang nikmat, dan harga terjangkau
sehingga tahu dan tempe menjadi makanan kesukaan banyak orang. Pasar tahu dan
tempe begitu besar, sehingga hampir di seluruh Indonesia terdapat industri tahu
dan tempe baik di desa maupun di kota. Proses pembuatan tahu dan tempe
menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padatan pada industri tahu
berupa ampas tahu yang umumnya dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti sapi,
kambing, kelinci, ayam, tempe gembus, sedangkan limbah padatan pada industri
tempe berupa kulit kedelai dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Limbah cair tahu dan tempe masih jarang
dimanfaatkan, umumnya dibuang ke sungai atau selokan. Limbah cair industri tahu
dan tempe seringkali menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang mengganggu
ekosistem dan kesehatan manusia lingkungan tersebut. Pembuangan limbah ke
sungai mencemari lingkungan dan menyebabkan meningkatkan BOD (Biological Oxigen
Demand) dan menimbulkan bau tidak sedap. Limbah cair industri tahu dan tempe
tersebut masih mengandung nutrisi yang masih dapat diolah menjadi nata de soya.
Pengolahan limbah cair industri tahu dan tempe menjaid nata de soya merupakan
salah satu solusi mengatasi pencemaran lingkungan dan menghasilkan produk
bernilai ekonomis yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Limbah
cair produk olahan kedelai difermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter
xylinum sehingga dihasilkan produk nata de soya. Pemanfaatan air limbah
industri tahu-tempe sebagai produk pangan memberikan manfaat yang besar bagi
pengusaha industri tahu-tempe, baik nilai ekonomis maupun manfaat dalam upaya
penanganan limbah. Pengolahan limbah cair tahu-tempe menjadi nata de soya merupakan
solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pencemaran. Oleh karena itu,
pengembangan usaha nata de soya perlu digalakan guna mengatasi pencemaran
lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Limbah
cair industri tahu dan tempe mengandung protein dan karbohidrat yang cukup
tinggi, kandungan protein dan karbohidrat dalam limbah cair tahu dan tempe
tersebut dapat menjadi media hidup yang sangat baik bagi bakteri Acetobacter
xylinum. Bakteri ini mengubah karbohidrat dan protein dalam limbah cair
tahu-tempe menjadi serat selulosa dengan tekstur yang kenyal. Limbah air tahu
(whey tahu) dan limbah cair tempe selain mengandung protein juga mengandung
vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Berdasarkan kandungan
unsur kimiawinya.
Limbah
cair tahu-tempe menjadi salah satu aliterernatif bahan baku untuk pembuatan
produk nata. Nata berbahan baku limbah kedelai memiliki karakteristik produk
yang secara kenampakan sedikit kekuningan, cita rasa yang khas kedelai, kenyal
namun lebih mudah putus dibandingkan dengan nata de coco lebih ulet, dan
kandungan seratnya cukup tinggi.
Prospek Pasar Nata De Soya
Nata de soya memiliki
tekstur yang cukup baik, tidak kalah dengan nata de coco. Kadar seratnya yang
cukup tinggi dan memiliki cita rasa yang nikmat sebagai bahan baku minuman
instan sehingga nata de soya mampu bersaing dengan nata de coco. Sebagaimana
kita ketahui bahwa pasar nata de coco sebagai produk pangan yaitu minuman
kemasan dan aneka produk olahan lainnya sangat tinggi baik pasar domestik
maupun pasar luar negeri. Permintaan bahan nata oleh pabrik minuman kemasan
sangat tinggi per hari mencapai ratusan ton bahan mentah nata berupa lembaran
atau potongan. Kebutuhan produk nata yang sangat tinggi tersebut, menjadi peluang
bisnis bagi para petani nata untuk bermitra dengan perusahaan besar yang ada di
tanah air. Selain sebagai produk pangan, di negara maju seperti Jepang, saat
ini nata telah dikembangkan sebagai produk non-pangan yaitu bahan baku
elektronik dan komposit baja ringan.
Melihat
potensinya yang sangat besar tersebut Indonesia memiliki peluang yang sangat
besar untuk mengolah aneka limbah pangan menjadi produk nata. Saat ini, di
pasaran sudah familier produk nata dari bahan air kelapa (nata de coco), limbah
cair olahan kedelai (nata de soya), umbi singkong atau limbah cair pengolahan
industri singkong (nata de cassava). Masing-masing produk nata dari bahan baku
baku yang berbeda tersebut memiliki aroma khas, tekstur dan tampilan yang
sedikit berbeda. Namun, secara umumnya memiliki prospek pasar yang sama besar,
meskipun saat ini produk nata de coco lebih familier dan permintaanya paling
tinggi.
Proses Produksi Nata De Soya
Limbah
cair industri tahu-tempe yang telah didiamkan kurang lebih 2-3 hari (agar pH
turun 3-4 sehingga asam), disaring dengan kain kasa agar kotoran-kotoran dan
partikel kasar dapat dipisahkan, kemudian direbus dengan panci dengan tungku
berbahan bakar kayu, setelah mendidih ditambahkan ZA 80 gram, gula pasir 100
gram, asam cuka 120 ml untuk media 50 liter limbah cair tahu atau tempe,
diaduk-aduk kurang lebih 10-15 menit kemudian dituangkan kedalam nampan yang
sudah disiapkan dengan penutup koran yang telah diikat dengan karet ban. Susun
nampan yang telah diisi media larutan tersebut pada rak. Nampan dapat disusun
bertingkat 5-10 nampan dengan bersilangan. Setalah dingin kurang lebih 5-7 jam,
media larutan dalam nampan tersebut diinokulasi dengan menggunakan bakteri
Acetobacter xylnum kurang lebih 10% dari media larutan dalam nampan. Proses fermentasi
akan berlangsung 8 – 10 hari. Lakukan pemanenan. Tampung nata de soya hasil
panen dalam drum plastik yang diisi dengan air. Penyimpanan akan dapat bertahan
lama apabila selalu diganti dengan air.
Tidak ada komentar: