Header Ads

CABE HIBRIDA







Agrotekno Lab
087731375234
Jual Buku Budidaya Cabe Hibrida

Jual Mikroba Probiotik Untuk Fermentasi Pakan Ternak: Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, Saccharomyces cereviceae, Pseudomonas sp. untuk pestisida alami, Lactobacillus sp, Bacillus substilis, dll,


A. Potensi Pasar Cabe
            Cabe adalah salah satu komoditas pertanian yang banyak dikonsumsi oleh rumah tangga dan aneka industri pangan di Indonesia. Semenjak dahulu hingga sekarang, cabe merupakan salah satu komponen bumbu masakan yang terpenting, karena rasanya yang pedas menggugah selera makan dan menambah rasa nikmat pada makanan. Masyarakat Indonesia umumnya menyukai masakan rasa pedas, sehingga berbagai masakan tradisional nusantara banyak menggunakan cabe. Cabe biasa diolah menjadi sambal dan dihidangkan saat menikmati menu seperti; bakso, soto, siomay, bakmie, nasi goreng dan aneka kuliner lainnya. Cabe juga biasa dikonsumsi dalam kondisi segar teman bersantap hidangan makanan kecil seperti tahu, tempe, bakwan, mie, dan lain-lain.

Selain sebagai bumbu masakan, cabe juga telah banyak diolah sebagai bumbu instan seperti sambal instan, saos sambal, dan aneka produk camilan dengan bumbu pedas. Saat ini, telah banyak beredar di toko-toko atau supermarket produk-produk olahan cabe seperti; bumbu masakan instan, sambal, saos, cabe bubuk, aneka makan camilan bumbu pedas, dan lain-lain. Saat ini, cabe juga telah banyak digunakan dalam industri obatobatan atau jamu, misalnya koyo cabe. Penggunaan cabe yang semakin variatif menyebabkan permintaan cabe semakin meningkat dan masih seringkali harus mendatangkan dari negara lain dalam jumlah besar manakala pasokan tidak mencukupi permintaan dalam negeri.

Permintaan produk cabe yang cukup tinggi dan pangsa pasar sangat luas baik di dalam negeri maupun luar negeri, sehingga dapat dikatakan bahwa cabe merupakan komoditas unggulan yang bernilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar produk cabe dalam negeri dan luar negeri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Oleh karena itu, harus diimbangi dengan upaya peningkatan produksi dan stabilisasi harga cabe. Gagal panen sering kali menjadi penyebab menurunnya tingkat produksi dan pasokan cabe di pasaran. Berkurangnya pasokan cabe di pasaran memicu naiknya harga cabe. Tingginya permintaan produk cabe baik dalam negeri maupun pasar internasional merupakan peluang usaha yang cukup menarik untuk berinvenstasi budidaya cabe. Dalam perdagangan ekspor cabe dijual dalam bentuk segar, kering, pasta, giling dan saos. 

Cabe merupakan salah satu komoditas pertanian yang harganya seringkali mengalami fluktuasi. Saat panen raya, harga cabe bisa sangat rendah, sebaliknya pada saat pasokan menurun, maka harga cabe bisa melambung sangat tinggi. Meskipun demikian banyak petani yang tetap optimis untuk bertanam cabe karena pangsa pasar-nya besar dan sewaktu-waktu harganya melambung, para petani dapat meraup laba berlipat. Namun, saat harga cabe segar sangat tinggi banyak konsumen yang mengeluhkan, sehingga konsumen cabe berusaha mencari produk alternatif seperti lada, cabe bubuk, atau dengan mengurangi konsumsi cabe. Untuk membantu daya beli konsumen, biasanya pemerintah melakukan kebijakan impor cabe untuk menetralisir permintaan dan menurunkan harga menuju titi normal.  

Pada bulan Januari 2011, harga cabe mengalami kenaikan yang cukup fantastis  dimana harga cabe rawit merah mencapai angka tertinggi Rp.120.000,- / Kg, cabe keriting mencapai harga Rp.60.000,- / Kg di pasaran. Kemudian pada bulan Februari 2011, harga berangsur-angsur turun menjadi; cabe rawit merah Rp.80.000,- di pasaran, dan Rp.60.000,- harga petani. Sedangkan harga  cabe keriting Rp.30.000,- di pasaran, dan Rp. 25.000,- di tingkat petani. Kemudian pada bulan berikutnya harga cabe turun lagi menjadi; cabe keriting merah di pasaran Rp.20.000,- / Kg dan Rp.15.000,- / Kg di tingkat petani.
Harga cabe umumnya meningkat pada saat musim penghujan, karena pada saat musim tersebut jumlah produksi dan kualitas menurun akibat meningkatnya serangan hama dan penyakit, kejadian bencana yang menyebabkan gagal panen seperti banjir atau gunung meletus, dan lain-lain. Kenaikan jumlah permintaan dan harga cabe juga sering terjadi menjelang hari-hari raya keagamaan seperti misalnya Hari Raya Idul Fitri, Bulan puasa, Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Harga cabe seringkali mengalami fluktuasi tidak menentu sehingga membuat para petani mengalami kerugian pada saat harga turun dan meraup untung besar pada saat harga naik berlipat.

B. Mengenal Tanaman Cabe
Cabe (Capsicum sp.) merupakan tanaman perdu dari famili terongterongan (solanaceae) yang sudah dikenal semenjak dahulu sebagai bumbu masakan. Awalnya tanaman cabe masih merupakan tanaman liar di hutan-hutan. Beberapa referensi menyebutkan bahwa cabe berasal dari Amerika Selatan, tepatnya di Bolivia, kemudian tanaman cabe menyebar hingga ke Amerika Tengah dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

Cabe yang tersebar ke seluruh dunia, dalam perkembangannya mengalami perubahan, baik bentuk, rasa, maupun warna yang disebabkan oleh proses adaptasi terhadap lingkungan dimana tanaman tersebut dibudidayakan yang dipengaruhi oleh iklim dan kondisi lingkungan lainnya. Selain disebabkan oleh proses alamiah tersebut, perkembangan perubahan tanaman cabe juga dilakukan oleh manusia yang dilakukan melalui proses pemuliaan tanaman sehingga dihasilkan berbagai varietas tanaman dengan berbagai keunggulan. Saat ini telah banyak muncul berbagai macam jenis cabe hibrida yang merupakan cabe hasil penggabungan dua tanaman induk yang memiliki sifat dan penampilan lebih baik dibandingkan dengan kedua induknya. Cabe hibrida yang banyak dibudidayakan saat ini antara lain adalah; cabe besar, cabe keriting, dan cabe rawit. Perbedaan pada masing-masing jenis cabe tersebut adalah pada panjang, diameter buah, bentuk permukaan rata atau bergelombang.

Saat ini, budidaya tanaman cabe telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Teknik budidaya sudah mampu menghasilkan produksi yang optimal dengan perawatan yang intensif yaitu dilakukan pemupukan secara teratur dan tepat, pemakaian mulsa, pemberian hormon atau zat perangsang tumbuh, pengendalian hama dan penyakit secara efektif, sistem pengairan yang teratur, penanaman dengan menggunakan polybag, penaman di lahan basah seperti sawah atau tegalan, penanaman dalam green house atau rumah kaca dan lain sebagainya.

C. Jenisjenis cabe
Tanaman cabe adalah termasuk family solanaceae (terong-terongan). Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Jenis tanaman cabe yang umumnya banyak dibudidayakan adalah cabe besar, cabe keriting, (Capsicum annum), cabe rawit (Capsicum frutescens). Dan masing-masing jenis tersebut juga memiliki banyak variasi merupakan hasil pemuliaan dari galur murni. Berdasarkan sistem taksonomi, tanaman cabe diklasifikasikan ke dalam:

Tanaman cabe merupakan tanaman perdu yang memiliki kayu, bercabang dan tumbuh tegak. Tanaman ini memiliki akar tunggang dan akar serabut, memiliki daun berwarna hijau muda atau hijau tua bergantung jenisnya. Tanaman ini mampu mencapai tinggi 120 cm. tanaman cabe memiliki bunga lengkap yang terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga, benangsari, dan putik. Bunga cabe merupakan bunga berkelamin ganda karena benangsari dan putik terdapat dalam satu tangkai bunga. Bunga cabe keluar dari ketiak daun. Bunga tersebut akan berkembang menjadi buah cabe. Buah cabe memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Cabe rawit memiliki ukuran lebih kecil, tapi rasanya lebih pedas. Cabe besar ukurannya lebih besar permukaannya lebih halus. Sedangkan cabe keriting memiliki ukuran panjang dan permukaannya bergelombang. Saat ini telah banyak benih cabe hibrida yang beredar di pasaran dengan nama varietas yang beraneka ragam dengan berbagai keunggulan yang dimiliki.

a. Cabe Rawit
Cabe Rawit (Capsicum frutescens ) dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Hot pepper atau bird's eye chili pepper; dalam bahasa Melayu dikenal dengan nama Cili padi, lada merah, lada mira; dalam bahasa Thailand disebut Phrik kheenuu; dalam bahasa China disebut La jiao, ye la zi;  dalam bahasa Jepang disebut Kidachi tougarashi.

Tanaman cabe rawit memiliki morfologi; daun tunggal, agak bulat dan melebar, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, jumlah percabangan banyak, tinggi tanaman 50-120 cm, batangnya berbuku-buku, bertangkai, letak berselingan, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal, berwarna putih, putih kehijauan, atau ungu. Buahnya cabe rawit tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-5 cm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masak berwarna merah. Cabe rawit memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan cabe keriting atau cabe merah besar, namun lebih pedas. Memiliki jumlah biji yang banyak, berbentuk bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kekuningan.

Cabe rawit yang umumnya dibudidayakan oleh para petani di Indonesia terdiri dari jenis lokal/biasa dan jenis hibrida / hasil rekayasa pemuliaan. Beberapa jenis cabe rawit lokal yang banyak dikenal di Indonesia antara lain adalah; 1). Cabe rawit kecil / cabe jemprit; buahnya kecil dan pendek, lebih pedas; 2). Cabe rawit putih / cabe domba; buahnya lebih besar dari cabe jemprit, warna putih kekuningan; 3). Cabe rawit celepik; buahnya lebih besar dari pada cabe jemprit dan lebih kecil dari cabe domba, rasanya kurang pedas dibandingkan cabe rawit jemprit, waktu muda berwarna hijau setelah masak berwarna merah cerah. Sedangkan jenis cabe rawit hibrida memiliki ukuran tanaman yang lebih tinggi dan ukuran buah yang lebih besar, dan tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan cabe rawit biasa. Saat ini, sudah banyak dijual benih bibit cabe hibrida yang diproduksi oleh pabrikan yang dapat diperoleh di toko-toko pertanian.

b. Cabe Keriting
            Cabe keriting adalah jenis cabe merah yang merupukan cabe hibrida sering dibudidayakan oleh para petani karena cabe keriting memiliki keunggulan; produktifitasnya tinggi dan waktu panennya lebih cepat. Selain itu, tanaman cabe keriting juga memiliki adaptasi pertumbuhan yang cukup bagus baik di dataran tinggi maupun dataran rendah serta relatif tahan penyakit. Produksinya yang tinggi dan waktu panennya lebih cepat kurang lebih 75-120 hari sudah bisa panen. Buah cabe merah keriting antara lain bentuk buahnya memanjang, dan mengeriting dan bagian ujungnya meruncing,  rasanya pedas, biji yang dihasilkan relatif banyak. Buah yang masih muda berwarna hijau, lalu coklat, setelah masak menjadi merah tua.

Para petani menyukai bertanam cabe keriting, karena harga jual cabe keriting relatif lebih tinggi dan relatif stabil pada kondisi normal, dibandingkan dengan cabe besar, namun masih kalah dengan harga jual cabe rawit. Selain itu permintaan pasar terhadap cabe keriting juga relatif stabil. Beberapa jenis cabe keriting yang sering dibudidayakan oleh para petani: TM 999, TM 888, Sudra, CTH-01, dll

c. Cabe Besar
      Cabe besar adalah jenis cabe merah yang merupakan salah satu jenis cabe hibrida yang sangat diminati oleh para petani untuk dibudidayakan, karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanamannya produktif dan cukup memiliki pasar yang luas. Cabe besar memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan cabe keriting, dan permukaannya lebih halus tidak bergelombang. Cabe besar memiliki tingkat kepedesan yang lebih rendah dibandingkan dengan cabe rawit dan keriting. Di pasaran terdapat beberapa benih cabe besar produksi pabrikan yang dapat dibeli di toko-toko pertanian. Kita dapat memilih jenis cabe yang sesuai dengan kondisi lahan, iklim dan permintaan pasar.  Beberapa jenis cabe besar antara lain: Red Hot, Big sun, comando, dll

D. Syarat Tumbuh Tanaman Cabe
Tanaman cabe merupakan tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik, sehingga mudah tumbuh dengan baik di berbagai lahan seperti daerah persawahan, tegalan, dataran tinggi / pegunungan, daerah kering, daerah pantai. Pengusahaannya juga dapat dilakukan pada musim kemarau, musim hujan maupun rendengan. Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, maka kita perlu memperhatikan beberapa faktor syarat pertumbuhan cabe optimum diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Jenis Tanah
Tanaman cabe pada umumnya memiliki pertumbuhan yang baik pada tanah yang memiliki banyak bahan organik, bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat,  tidak terlalu porus dan tidak becek, bebas hama cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah.

b. Derajat Keasaman (pH)
Tanaman  cabe dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5.5 - 6.8 dan pH optimum 6,0-6,5. Tanah dengan derajat keasaman yang tinggi ( < pH 5.5) dapat diperbaiki dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH optimum. Sedangkan pada kondisi tanah dengan pH tinggi / basa, maka dapat dilakukan dengan penambahan belerang (S). 

c. A i r
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ tanaman. Air sangat dibutuhkan dalam proses fotosintesis dan proses respirasi (pernafasan) tanaman. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Sebaliknya kelebihan air dapat menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman, disebabkan kurangnya udara pada tanah yang tergenang.

d. I k l i m
Faktor iklim juga merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam budi daya cabe. Faktor iklim tersebut meliputi: angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Pengetahuan tentang iklim sangat penting dalam usaha agrobisnis. Iklim mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada suatu kawasan, penjadwalan budidaya pertanian, dan teknik budidaya yang dilakukan petani. Perubahan iklim mikro, sangat berpengaruh terhadap tanaman cabe. Tanaman cabe akan tumbuh optimal pada iklim dengan curah hujan berkisar 1.5002.500 mm per tahun dengan distribusi merata, suhu udara 1632°C. Hujan yang terlalu deras dapat mengakibatkan bunga banyak yang rontok dan gagal mengalami penyerbukan.

Tanaman cabe memerlukan kelembaban relatif 80% dan sirkulasi udara yang lancar. Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar serta merangsang perkembangbiakan cendawan dan bakteri. Untuk mengurangi kelembaban yang tinggi jarak tanam diperlebar dengan sistem tanam segitiga (zigzag) dan gulma-gulma dibersihkan.

Penyinaran matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Intensitas cahaya yang cukup dibutuhkan untuk fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara 25-30 ˚C. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 24-28˚C . Pada suhu <15 atau="atau" span="span" style="mso-spacerun: yes;">  >32 ˚C, buah yang dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama. Lamanya penyinaran (foto periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabe antara 10-12 jam/hari,

E.Teknik Budidaya Tanaman Cabe

1. Pemilihan Lahan
Lokasi yang tepat menentukan keberhasilan budidaya tanaman cabe. Oleh karena itu, sebelum melakukan budidaya tanaman cabe perlu dilakukan analisis pemilihan lahan secara tepat baik secara teknis maupun kelayakan ekonomis. Secara umum, cabe dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 2.000 meter di atas permukaan air laut.

2. Pengolahan Tanah
Tanah sebagai media tumbuh tanaman cabe, sebelum ditanami harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah menjadi gembur sesuai untuk perkembangan akar tanaman, menstabilkan peredaran air, peredaran udara dan suhu di dalam tanah. Tahapan-tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
a.       Pembersihkan gulma.
Sisa-sisa tanaman atau perakaran dari gulma atau tanaman sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu. Selain itu, lahan juga harus dibersihkan dari sampah-sampah plastik, kaleng, dan lain-lain.
b.      Pembajakan atau pencangkulan.
Pembajakan atau pencangkulan dilakukan kurang lebih sedalam 40 - 60 cm, kemudian diangin-anginkan selama 7 - 10 hari. Sebelum dibajak lahan digenangi air sehari semalam agar tanah menjadi lunak.
c.       Pengeplotan bedengan.
Untuk membuat bedengan, maka lahan  diplot terlebih dahulu dengan menggunakan benang ditarik memanjang ukuran 9-13 m, lebar 100 - 120 cm. Sedangkan tingginya 30 - 40 cm (penanaman pada musim kemarau), 50-70 cm (untuk musim hujan atau lahan persawahan), lebar parit 40-50 cm (musim kemarau), dan 60-70 cm (penanaman pada musim hujan). Lahan yang memiliki curah hujan tinggi diusahakan memiliki sistem drainase yang baik, oleh karena itu parit dibuat lebih lebar sehingga tanah tidak mudah becek. Air yang menggenang menyebabkan penyakit busuk akar dan berbagai penyakit lainnya yang dapat menyebabkan menurunkan produktifitas tanaman.

d.      Pemupukan Dan Pengapuran.
Pemupukan dengan pupuk kandang (kotoran ayam, domba, kambing, sapi atau kompos) yang telah matang sebanyak 1,0 - 1,5 kg/tanaman. Pada tanah dengan pH rendah < 5.5 (masam), dilakukan penambahan kapur pertanian sebanyak 100 - 125 gram/tanaman. Selain pupuk kandang, dilakukan pula pemupukan kimia per bedengan 13 meter diperlukan kurang lebih 4 kg, yang terdiri atas perbandingan 3 ZA : 1 Urea : 2 TSP : 1,5 KCL. Tiap 100 kg pupuk campuran tersebut ditambahkan 1 kg Borate dan 1,5 kg Furadan.

e.       Pengadukan.
Pengadukan atau pencampuran tanah, pupuk kandang, pupuk kimia dan kapur pertanian hingga merata sambil dibalik-balik, kemudian dibiarkan diangin-anginkan selama kurang lebih 1-2 minggu. Pengadukan dapat menggunakan alat sederhana yaitu cangkul.


f. Pembuatan Bedengan

Setelah dilakukan pengadukan pupuk dan kapur, langkah selanjutnya adalah membuat bedengan sesuai plot dengan tinggi kurang lebih 30-40 cm pada lahan kering, 50-70 cm pada lahan basah seperti persawahan. Antar bedengan dibuatkan parit untuk drainase.

3. Pemasangan Mulsa
Penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP) pada sistem pertanian adalah merupakan upaya perbaikan teknik budidaya secara intensif sehingga dihasilkan panen yang lebih optimal. Mulsa plastik berfungsi untuk mengendalikan penguapan air, mempertahankan suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan penyerapan air dan mengendalikan pertumbuhan gulma.

4. Pembuatan Lubang Tanam
Bedengan yang telah ditutup mulsa dibiarkan selama 7-10 hari agar unsur hara dengan pupuk bereaksi dan segera dapat diserap tanaman. Sehari sebelum penanaman, lubang tanam harus sudah dipersiapkan dengan ukuran diameter kurang lebih 10 cm. Jarak antar tanaman kurang lebih 60 x 60 cm atau 70 x 70 cm.

5. Persemaian Benih
Dalam usaha budidaya cabe, salah satu faktor yang menentukan hasil panen yang maksimal adalah tersedianya bibit yang berkualitas. Oleh karena itu penting sekali mengetahui dan memilih bibit yang berkualitas. Teknik penyemaian biji cabe dapat dilakukan dengan menggunakan kotak persemaian, kantung plastik atau kantung dari daun kelapa, enau, pisang dll.  Langkah awal dalam proses pembibitan cabe adalah benih yang sudah siap direndam air hangat terlebih dahulu kurang lebih 30 menit, kemudian direndam sehari semalam dalam larutan perangsang akar. Benih yang mengapung setelah direndam harus dibuang, karena benih tersebut pertumbuhannya tidak akan maksimal. Kemudian benih yang layak semai dibungkus dengan kain basah dan dibiarkan sehari semalam lagi. Keesokan harinya benih disemaikan di media semai yang sebelumnya telah disiapkan. Media semai yang digunakan berupa tanah gembur yang dicampur pupuk kandang yang sudah matang dengan perbandingan 1:1, ditambahkan pupuk NPK. Masukan media persemaian ke dalam plastik berdiameter 3 cm, tingginya kurang lebih 5 cm, kemudian basahi media tanam dengan larutan perangsang akar hingga lembab. Selanjutnya, semaikan benih satu per satu ke plastik kecil tersebut. Jika menggunakan kotak persemaian, maka benih yang telah siap dapat langsung ditebarkan secara merata pada kotak persemaian tersebut yang telah diisi dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang.

6. Penanaman
Setelah umur bibit di persemaian 17-21 hari, bibit sudah dapat dipindahkan ke lahan, pemindahan sebaiknya dilakukan pagi-pagi sebelum terik matahari atau sore hari. Jarak tanam dapat bervariasi 60 x 50 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, hal ini tergantung tingkat kesuburan tanah dan varietas yang digunakan. Bentuk pertanaman sebaiknya dengan sistem tanam segitiga (zig zag). Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore hari, dan bibit cabe telah berumur 20-25 hari atau berdaun 3 - 4 helai.

7. Pemasangan Ajir / Lanjaran
Cabe hibrida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah maka diperlukan tiang lanjaran. Tiang lanjaran yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan bambu yang dibelah. Lanjaran atau ajir harus dipasang sedini mungkin, yaitu dimulai pada saat tanam atau maksimal 1 (satu) bulan setelah penanaman.

8. Penyulaman
Bibit atau tanaman muda yang mati atau terserang penyakit harus diganti atau disulam. Bibit sulaman yang baik diambil dari tanaman yang sehat dan tepat waktu (umur bibit) untuk penanaman. Penyulaman dilakukan pada minggu pertama atau selambat-lambatnya minggu kedua. Sebaiknya penyulaman dilakukan pagi atau sore hari.

9. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan kedua dan ketiga masing-masing 30% pupuk buatan diberikan pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam melalui lubang yang dibuat antar tanaman.

10. Perempelan
Perempelan bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas produksi. Bagian yang dirempel yaitu tunas samping, yang keluar di ketiak daun pada saat tanaman
berumur 10-20 hari. Perempelan dilakukan 2-3 kali sampai terbentuk percabangan utama yang ditandai dengan munculnya bunga pertama, sekitar umur 18-22 hari setelah tanam untuk dataran rendah, dan 25-30 hari setelah tanam untuk dataran tinggi.

11. Pengairan / Penyiraman
Pengairan harus senantiasa diperhatikan, karena air merupakan faktor vital bagi tanaman cabe. Penyiraman yang paling banyak (2 hari sekali) yaitu, pada fase vegetatif < 40 HST (hari setelah tanam). Sistem pengairan dapat dengan menggunakan selang yang dimasukkan ke mulsa plastik melalui lubang tanaman, hingga posisi selang air tepat di tengah-tengah tempat tanaman cabe.

12. Penyiangan Gulma
Gulma atau tanaman pengganggu harus senantiasi dibersihkan dari semenjak masa tanam hingga masa panen. Penyiangan terhadap gulma atau tanaman pengganggu harus dilakukan secara rutin misal seminggu sekali. Gulma merupakan menjadi pesaing tanaman cabe untuk mendapatkan unsur hara, air, maupun sinar matahari. Kalau tidak dilakukan penyiangan/pembersihan gulma secara rutin maka akan mudah menjadi sarang hama maupun penyakit.

13. Pemasangan Tali Penyangga
Setelah tanaman tumbuh menjadi besar dan mulai berbunga, maka dibuatkan tali penyangga tanaman antar bedengan. Tali diikatkan pada tiang ajir tingginya disesuaikan tinggi tanaman yang fungsinya agar tanaman lebih teratur dan memudahkan ketika melakukan pemanenan.

14. Panen
Panen dapat dilakukan secara manual yaitu dengan pemetikan, hasilnya ditampung dengan menggunakan ember. Cabe yang busuk atau terserang penyakit dipisahkan.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.