Mengolah Limbah Industri Tahu Dan Tempe Menjadi Nata De Soya
Jual Bibit Nata De Coco (Acetobacter xylinum)
Telp. 087731375234
Proses
pembuatan tahu dan tempe menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah
padatan pada industri tahu berupa ampas tahu yang umumnya dimanfaatkan untuk
pakan ternak seperti sapi, kambing, kelinci, ayam, tempe gembus, sedangkan
limbah padatan pada industri tempe berupa kulit kedelai dimanfaatkan sebagai
pakan ternak. Limbah cair tahu dan tempe masih jarang dimanfaatkan, umumnya
dibuang ke sungai atau selokan. Limbah cair industri tahu dan tempe seringkali
menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang mengganggu ekosistem dan kesehatan
manusia lingkungan tersebut. Pembuangan limbah ke sungai mencemari lingkungan
dan menyebabkan meningkatkan BOD (Biological Oxigen Demand) dan menimbulkan bau
tidak sedap. Limbah cair industri tahu dan tempe tersebut masih mengandung
nutrisi yang masih dapat diolah menjadi nata de soya. Pengolahan limbah cair
industri tahu dan tempe menjaid nata de soya merupakan salah satu solusi mengatasi
pencemaran lingkungan dan menghasilkan produk bernilai ekonomis yang dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Limbah
cair produk olahan kedelai difermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter
xylinum sehingga dihasilkan produk nata de soya. Pemanfaatan air limbah
industri tahu-tempe sebagai produk pangan memberikan manfaat yang besar bagi
pengusaha industri tahu-tempe, baik nilai ekonomis maupun manfaat dalam upaya
penanganan limbah. Pengolahan limbah cair tahu-tempe menjadi nata de soya
merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pencemaran. Oleh karena
itu, pengembangan usaha nata de soya perlu digalakan guna mengatasi pencemaran
lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Limbah
cair industri tahu dan tempe mengandung protein dan karbohidrat yang cukup
tinggi, kandungan protein dan karbohidrat dalam limbah cair tahu dan tempe
tersebut dapat menjadi media hidup yang sangat baik bagi bakteri Acetobacter
xylinum. Bakteri ini mengubah karbohidrat dan protein dalam limbah cair
tahu-tempe menjadi serat selulosa dengan tekstur yang kenyal. Limbah air tahu
(whey tahu) dan limbah cair tempe selain mengandung protein juga mengandung
vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Berdasarkan kandungan
unsur kimiawinya.
Limbah
cair tahu-tempe menjadi salah satu aliterernatif bahan baku untuk pembuatan
produk nata. Nata berbahan baku limbah kedelai memiliki karakteristik produk
yang secara kenampakan sedikit kekuningan, cita rasa yang khas kedelai, kenyal
namun lebih mudah putus dibandingkan dengan nata de coco lebih ulet, dan
kandungan seratnya cukup tinggi.
Prospek Pasar Nata De Soya
Nata
de soya memiliki tekstur yang cukup baik, tidak kalah dengan nata de coco.
Kadar seratnya yang cukup tinggi dan memiliki cita rasa yang nikmat sebagai
bahan baku minuman instan sehingga nata de soya mampu bersaing dengan nata de
coco. Sebagaimana kita ketahui bahwa pasar nata de coco sebagai produk pangan
yaitu minuman kemasan dan aneka produk olahan lainnya sangat tinggi baik pasar
domestik maupun pasar luar negeri. Permintaan bahan nata oleh pabrik minuman
kemasan sangat tinggi per hari mencapai ratusan ton bahan mentah nata berupa
lembaran atau potongan. Kebutuhan produk nata yang sangat tinggi tersebut,
menjadi peluang bisnis bagi para petani nata untuk bermitra dengan perusahaan
besar yang ada di tanah air. Selain sebagai produk pangan, di negara maju
seperti Jepang, saat ini nata telah dikembangkan sebagai produk non-pangan
yaitu bahan baku elektronik dan komposit baja ringan.
Melihat
potensinya yang sangat besar tersebut Indonesia memiliki peluang yang sangat
besar untuk mengolah aneka limbah pangan menjadi produk nata. Saat ini, di
pasaran sudah familier produk nata dari bahan air kelapa (nata de coco), limbah
cair olahan kedelai (nata de soya), umbi singkong atau limbah cair pengolahan
industri singkong (nata de cassava). Masing-masing produk nata dari bahan baku
baku yang berbeda tersebut memiliki aroma khas, tekstur dan tampilan yang
sedikit berbeda. Namun, secara umumnya memiliki prospek pasar yang sama besar,
meskipun saat ini produk nata de coco lebih familier dan permintaanya paling
tinggi.
Proses Produksi Nata De Soya
Limbah
cair industri tahu-tempe yang telah didiamkan kurang lebih 2-3 hari (agar pH
turun 3-4 sehingga asam), disaring dengan kain kasa agar kotoran-kotoran dan
partikel kasar dapat dipisahkan, kemudian direbus dengan panci dengan tungku
berbahan bakar kayu, setelah mendidih ditambahkan ZA 80 gram, gula pasir 100
gram, asam cuka 120 ml untuk media 50 liter limbah cair tahu atau tempe,
diaduk-aduk kurang lebih 10-15 menit kemudian dituangkan kedalam nampan yang
sudah disiapkan dengan penutup koran yang telah diikat dengan karet ban. Susun
nampan yang telah diisi media larutan tersebut pada rak. Nampan dapat disusun
bertingkat 5-10 nampan dengan bersilangan. Setalah dingin kurang lebih 5-7 jam,
media larutan dalam nampan tersebut diinokulasi dengan menggunakan bakteri
Acetobacter xylnum kurang lebih 10% dari media larutan dalam nampan. Proses fermentasi
akan berlangsung 8 – 10 hari. Lakukan pemanenan. Tampung nata de soya hasil
panen dalam drum plastik yang diisi dengan air. Penyimpanan akan dapat bertahan
lama apabila selalu diganti dengan air.
Lebih
Jelasnya Ada Di Buku “Mengolah Limbah Menjadi Rupiah: Industri Nata De Coco,
Nata De Cassava, Nata De Soya” penerbit Andi Offset
Tidak ada komentar: