Mengatasi Limbah Cair Industri Tapioka
Jual Bibit Nata (Acetobacter xylinum)
Telp. 087731375234
Tapioka
adalah salah satu produk olahan singkong yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat
di Indonesia dan juga masyarakat dunia. Indonesia termasuk produsen tapioka
yang cukup besar terdiri dari produsen kecil maupun produsen besar. Indonesia
memiliki pasar yang luas untuk produk tapioka baik domestik maupun luar negeri.
Industri tapioka telah banyak menyerap tenaga kerja cukup besar dan
meningkatkan kesejahteraan pada para petani. Industri tapioka cukup berkembang
di daerah Jawa dan Sumatra.
Proses
pembuatan tapioka memerlukan air untuk memisahkan pati dari serat. Pati yang
larut dalam air harus dipisahkan. Akan tetapi, teknologi yang ada saat ini belum
mampu memisahkan seluruh pati yang terlarut dalam air sehingga limbah cair yang
dilepaskan ke lingkungan masih mengandung pati. Limbah cair akan mengalami
dekomposisi secara alami dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Bau tersebut
dihasilkan pada proses penguraian senyawa mengandung nitrogen, sulfur, dan
fosfor dari bahan berprotein. Limbah tapioka banyak mengandung karbohidrat,
protein, dan lemak. Hal ini yang menyebabkan nilai BOD agak tinggi. Selain itu,
limbah tapioka juga mengandung asam sianida yang bersifat racun. Sianida adalah
senyawa yang sangat beracun, larut dalam air, dan mudah menguap pada suhu
kamar. Kandungan asam sianida (HCN) pada limbah tapioka kurang lebih 0,27 mg/L
sedangkan baku mutu limbah cair tapioka adalah 0,3 mg/L. Tingginya asam sianida
akan menyebabkan terhambatnya degradasi
limbah cair secara alami oleh mikroorganisme.
Limbah cair tapioka tersebut
dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis yaitu
nata de cassava. Limbah cair pada proses perendaman pati ini dapat dijadikan
produk nata melalui proses fermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacer
xylinum. Umumnya industri tapioka masih membuang limbah cair ini ke sungai atau
selokan. Limbah cair tersebut masih mengandung nutrisi yang tinggi khususnya
karbohidrat sehingga masih bisa dimanfaatkan.
Jika limbah cair tapioka tersebut
tidak dimanfaatkan dan agar tidak mengganggu lingkungan maka limbah cair
tersebut diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi baku mutu yang aman jika
dibuang ke lingkungan. Salah satu teknologi yang sering digunakan untuk
mengolah limbah tapioka menjadi aman untuk dibuang ke lingkungan adalah dengan
menggunakan penambahan mikroorganisme yang menguntungkan sehingga mampu
mendegradasi limbah organik, seperti senyawa karbon, hidrogen, nitrogen, dan
oksigen. Mikroorganisme ini memanfaatkan bahan organik untuk hidup seperti
karbohidrat, protein, lemak, dan mineral lainnya yang ada dalam limbah cair
tapioka.
Selain limbah cair, industri
tapioka juga menghasilkan limbah padat yaitu berupa ampas singkong atau sering
disebut onggok. Ampas singkong (onggok) ini merupakan hasil dari produk
sampingan dari pemerasan parutan singkong untuk diambil patinya. Onggok singkong
biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi atau kambing atau dijadikan
sebagai bahan dasar pembuatan pupuk. Selain itu, onggok juga dapat dimanfaatkan
untuk membuat pelet pakan ikan. Supaya onggok dapat bertahan lama, perlu
dilakukan proses pengeringan. Pemanfaatan limbah padat tapioka menjadi produk yang
bernilai ekonomis merupakan solusi tepat untuk penanganan limbah.
Tidak ada komentar: